Baku Cungkel itu Perlu...

BANYAK orang Minahasa yang alergi dengan istilah 'baku cungkel'. Bukan sekedar alergi. Banyak yang menganggap istilah itu harus disingkirkan jauh-jauh. Bahkan ada anggapan, budaya baku cungkel merupakan penyebab sehingga banyak orang Kawanua saat ini yang tidak diperhitungkan di segala aras nasional.



Apa itu baku cungkel? Kata cungkel adalah istilah Malayu Manado untuk perbuatan mengambil buah dari pohon secara paksa. Biasanya menggunakan bambu atau kayu. Mencungkel buah dilakukan untuk pohon yang memang tidak biasa atau sukar dipanjati, atau yang berbahaya jika dipanjat, seperti pepaya, jeruk, jambu (kadang-kadang), dan berbagai jenis buah-buahan lain.

Budaya baku cungkel adalah kebiasaan menjatuhkan pihak lain dengan berbagai cara. Biasanya dilakukan pada pihak yang dianggap sudah berhasil. Upaya menjatuhkan pun beragam, tergantung inovasi.

Tapi apakah benar kalau budaya baku cungkel itu buruk? Saya justru menganggap budaya baku cungkel itu perlu.
Baku cungkel pada hakekatnya merupakan batu ujian bagi seseorang, apakah dia politisi atau pengusaha, atau apapun profesinya. Upaya mencungkel merupakan tantangan yang memang harus dihadapi. Justru kematangan seorang pemimpin akan terlihat di saat dia dijegal, dan berupaya dijatuhkan. Seorang pemimpin yang langsung terpuruk hanya karena dicungkel orang lain, itu secara nyata memperlihatkan sejauh mana kualitasnya.

Artinya, menjadi pemimpin itu tidak boleh cengeng. Hanya dikritik sedikit dan langsung bereaksi seperti kebakaran jenggot (padahal aslinya dia mungkin tidak punya jenggot, hehehe). Menjadi pemimpin harus kuat secara karakter. Harus bisa bertahan di tengah terpaan beragam gosip dan isu.

Tentu saja, Anda tak perlu menjadi pemimpin untuk dicungkel orang. Dalam kehidupan sehari-hari kita mungkin setiap saat bisa dicungkel orang. Dan itu sebenarnya bagian dari kehidupan.

Upaya mencungkel merupakan bagian dari ujian dan proses pendewasaan. Jika ada pihak lain yang berupaya menjatuhkan, itu bagian dari proses pematangan.

Dan untuk menghadapi upaya pencungkelan ini Anda tak perlu lari. Atau jauh-jauh hari sudah bersikap resisten terhadap aksi pencungkelan.

Budaya baku cungkel adalah realita yang harus dihadapi. dan justru di situ terlihat kematangan seseorang...

2 comments:

Blog Sejarah said...

wew...postingan menarik nih... baku cungkel mmg blm jadi budaya masyarakat kita bro, di sini org kita msh terikat sama etika org timur...tapi sy sgt stuju kalo budaya baku cungkel diterapkan skrg coz ini kan dah zmn keterbukaan..
btw, lagi nyinggung sama siapa nih? hehe... :)

waraney said...

Haha... posting ini gak menyinggung seseorang secara khusus, secara umum ini memang untuk menyinggung seluruh warga Minahasa, hehehe...

tengkyu sob

.
.
Powered by Blogger.