Hendpon, Teknologi yang Mengubah Hidup


Pada 20 tahun lalu, jika melihat seseorang di pinggir jalan bicara sendiri, dengan tangan kanan di kuping dan tangan kiri menunjuk-nunjuk, Anda akan memvonis seseorang itu tidak waras. Dan hampir bisa dipastikan anggapan itu benar. Kini, pemandangan seseorang yang bicara sendiri di tepi jalan, dengan tangan kanan di kuping dan tangan kiri menunjuk-nunjuk itu biasa. Bahkan bisa saja dalam satu lokasi ada beberapa orang yang berbicara sendiri. Pemandangan yang 20 tahun lalu dianggap aneh kini tidak lagi. Mereka yang bicara sendiri itu pun tak akan divonis sebagai orang yang tidak waras.

Tentu, tak hanya di tepi jalan kita melihat pemandangan orang yang ‘bicara sendiri’. Di mall, supermarket, toko buku, restoran atau tempat keramaian di mana saja kita bisa menemukan orang yang seperti itu. Itu pemandangan biasa, karena kita tahu mereka sebenarnya tidak benar-benar bicara sendiri. Mereka menelpon menggunakan telepon genggam.

Telepon genggam (atau juga disebut telepon seluler/ponsel atau handphone/HP) merupakan produk teknologi yang benar-benar mengubah cara kita berkomunikasi. 20 tahun lalu, membuat janji dengan seseorang diperlukan kerja keras dan juga ketidakpastian. Kini, janji ketemuan dengan seseorang praktis lebih mudah. Kita bisa mengetahui perkembangannya dan apakah dia jadi datang atau tidak.

Ponsel, juga merupakan produk yang perkembangannya tergolong revolusioner. Sebagian dari Anda mungkin bisa mengingat bagaimana ‘kuno’nya HP pertama yang dibeli. Yang nada deringnya monophonic, yang fasilitasnya hanya menelpon dan menerima telepon, dan SMS. Inovasi kemudian dikembangkan sejumlah merek besar, dan memperkenalkan fitur gambar/foto dan video.

Fitur foto da video merupakan terobosan penting yang juga mengubah hidup. Kenangan manis bisa didokumentasikan dengan mudah. Seseorang bisa merekam adegan apa saja dan di mana saja.

Dalam beberapa kasus, pengertian “di mana saja dan apa saja” juga digunakan untuk hal yang sifatnya pribadi. Makanya hingga awal tahun ini kita bisa dengan mudah menemukan gambar atau video ‘ehem-ehem’ dengan model amatiran (siswi/mahasiswi/gadis/karyawati/istri/ibu rumahtangga) yang gambar atau videonya direkam oleh orang terdekat, baik kekasih, suami atau pasangan selingkuh. Video ‘ehem ehem’ artis terkenal yang menghebohkan Indonesia beberapa waktu lalu merupakan contoh konkrit.

Inovasi tak berhenti pada fitur foto dan video. Belakangan muncul apa yag kemudian dikenal sebagai smartphone, ponsel pintar nan cerdas yang memiliki fitur-fitur mencengangkan. Ada yang dilengkapi GPS, messenger, dan yang sekarang menjadi fitur wajib, koneksi internet. Kini dengan smartphone di tangan (baik yang merek terkenal maupun merek ‘wannabe’) seseorang bisa terkoneksi ke dunia maya hanya dengan menggerakkan jempol.

Bukan gengsi

Ada suatu masa ketika HP dianggap sebagai simbol gengsi. Ketika HP masih tergolong barang langka, kita bisa menyaksikan bagaimana seseorang dengan bangga sengaja berbicara di depan umum secara menyolok, memperlihatkan kepada khalayak bahwa dia punya HP. Anda mungkin pernah mendengar cerita bagaimana seorang karyawati, yang sengaja berpesan kepada suami atau pembantu rumah tangga agar menelpon di jam sekian, di jam ketika si karyawati sedang meeting, agar semua rekan dan bos tahu bahwa dia sudah punya HP.

Kini, HP tak lagi menjadi simbol gengsi. Hampir semua orang, semua lapisan masyarakat, berbagai umur, sudah punya HP. Tukang becak, buruh bangunan, mbok jamu, petani, nelayan bahkan siswa SD pun sudah punya HP. Sebagian besar siswa sekolah menengah punya HP. Mahasiswa apa lagi. Karyawan dan PNS juga. Bahkan ada yang punya lebih dari satu.

HP tidak lagi menjadi simbol gengsi karena sudah menjadi kebutuhan. Tanpa HP, kehidupan akan berbeda.

Aku ingat, tahun lalu, karena buru-buru aku lupa membawa HP yang di-charge. Tanpa HP aku benar-benar tak bisa berbuat apa-apa karena pekerjaanku mengharuskan aku untuk selalu berhubungan dengan pihak tertentu. Yang lebih parah, aku paling malas menghafal nomor HP. Au tidak hafal nomor HP teman dan relasi. Bahkan nomor HP istri pun aku tidak (atau malas) hafal.

Tanpa HP, harapanku saat itu hanya pertolongan Tuhan. Karena untuk pulang ke rumah tak bisa karena sangat memakan waktu. Dan untunglah, setelah berdoa (dengan tubuh dipenuhi keringat dingin), Tuhan mempertemukan aku dengan seorang teman yang punya HP dua dan punya koleksi nomor relasi yang sama dengan aku. Terpaksa, aku mengorbankan pulsa dan menggunakan HP-nya. Aku juga berkali-kali terpaksa menerangkan panjang lebar kepada relasi bahwa aku tidak ganti nomor dan yang aku gunakan nomor pinjaman milik teman.

HP kini menjadi jendela guna memasuki dunia lain. Dunia maya yang menawarkan berbagai kemudahan dan juga peluang.

HP tak hanya mengubah hidup namun juga memberi arti baru untuk komunikasi.

Bagaimana pendapat Anda?


No comments:

.
.
Powered by Blogger.