Cersil Pertama, Kisah Para Pendekar Pulau Es

AKU suka membaca, membaca apa saja. Namun ada suatu masa ketika aku sangat tergila-gila pada cerita silat (cersil), khususnya karangan Asmaraman S Kho Ping Ho (KPH).

Perkenalanku dengan cerita silat dimulai di masa SMP, meminjam cersil dari Audy dan Rulland. Judulnya Kisah Para Pendekar Pulau Es. Karena ini pengalaman pertama, membaca satu bundel (yang terdiri dari empat bab) terasa lamaaa sekali. Kendati sudah berusaha membaca seefektif mungkin (termasuk membaca sambil makan, atau makan  sambil membaca?) namun kisah itu tak jua tamat karena keburu ditagih.

Perkenalan dengan cersil berlanjut hingga SMA, patungan dengan teman dan membaca serial Pedang Kayu Harum. Namun aku baru benar-benar menamatkan semua karangan KPH semasa kuliah. Saat itu, di shopping center ada kios yang menyewakan cersil dan komik. Pada karton manila yang ditempel di dinding ada tulisan besar-besar urutan kisah karangan KPH. Mulai dari awal hingga akhir.

Karena keseringan baca cersil, aku dan beberapa teman sempat adu tangkas bahasa Cina. Misalnya kami bisa menyebutkan angka satu sampai sepuluh dalam bahasa versi cersil (misalnya twa, jie, sam, su dst). Begitu juga beberapa istilah yang biasa muncul misalnya harimau (houw), pek (putih), hek (hitam) dst. Baru beberapa tahun kemudian aku tahu bahwa istilah bahasa Cina dalam cersil KPH menggunakan ejaan Hokkian.

Sekarang, karena sibuk aku jarang baca cersil. Apalagi rasa-rasanya aku juga bisa membuat cersil, walau tarafnya tentu saja masih jauh dibanding KPH, hehehe.

Tak pelak, masa ketika membaca cersil adalah saat terindah dalam hidup.....

No comments:

.
.
Powered by Blogger.