Ketika Yakobus dan Yohanes Meminta Kursi
ilustrasi foto diambil dari minews.id |
Suatu ketika, sekitar 2.000 tahun lalu, Yesus didatangi dua
bersaudara Yakobus dan Yohanes. "Perkenankanlah kami duduk dalam
kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di
sebelah kiri-Mu," pinta mereka.
Permintaan kedua murid utama Yesus ini cukup beralasan.
Mereka berpikir kalau Yesus, yang dengan kehebatannya melakukan berbagai
mujizat, berpeluang menjadi Raja Israel dan mengusir penjajah Romawi. Sebagai pihak
yang berada di “ring 1”, adalah wajar jika para murid mendapat jabatan, jika
nanti Yesus menjadi raja. Namun Yakobus dan Yohanes tak ingin mendapat jatah
asal-asalan. Mereka ingin kursi di sebelah kanan dan kiri Yesus. Dua posisi
paling terhormat di sebuah kerajaan.
Kini, di era digital, keinginan mendapatkan kursi dan
jabatan di dalam pemerintahan, masih tetap relevan. Apalagi jika yang
berkeinginan mendapatkan kursi adalah mereka yang berada dalam lingkaran
terdekat sang pemimpin.
Itu sebabnya, isu “siapa mendapatkan apa” dan “partai apa
mendapatkan berapa” kini menjadi isu menarik, jelang pelantikan Jokowi-Ma’ruf
sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Partai yang merasa berjasa memenangkan
Jokowi-Ma’ruf, merasa berhak mendapatkan kursi.
Isu kursi ini semakin menarik karena sejumlah partai yang
semasa Pilpres berada dalam posisi di seberang, seperti PAN, Demokrat bahkan Gerindra,
nampaknya juga tergiur ingin mendapatkan jatah kursi kabinet.
Kenapa kursi kabinet terlihat begitu menggiurkan? Alasannya
adalah prestise. Jabatan menteri dianggap amat sangat hebat. Punya gaji tinggi,
bakal dihormati dan bisa meningkatkan popularitas, baik individu menteri maupun
partai pengusungnya.
Yang banyak dilupakan adalah, jabatan Menteri itu tak
sekedar enak. Ada tanggung jawab besar di baliknya. Ada tugas besar yang perlu
diemban, yakni bagaimana menyelaraskan program si menteri dengan kebijakan sang
presiden, demi menjadikan Indonesia lebih hebat di segala bidang.
Ketika Yakobus dan Yohanes meminta jatah kusi, jawaban Yesus
adalah: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum
dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?”
Artinya, ada konsekuensi logis dari sebuah jabatan. Yakni kesiapan
untuk meminum “cawan penderitaan”. Dalam konteks menteri di Indonesia, “cawan”
itu berupa kesiapan untuk bekerja keras, berpeluh lelah, berpanas-ria dan berhujan-hujan
demi masyarakat.
Apakah mereka yang merasa pantas mendapat jatah kursi itu
sudah siap dengan konsekuensinya?
Kita tunggu saja...
No comments:
Post a Comment